Rabu, 30 Juli 2008

LAYAR TELEVISI OLED

Diode Organik atau OLED di masa depan akan menggeser posisi LCD dalam pasar display tipis dengan resolusi tinggi

Mengenal dan menggarap teknologi OLED sudah lagi bukan hal yang asing untuk didengar. OLED adalah singkatan dari Organic Light Emitting Diode. Dari namanya sudah dapat ditebak bahwa OLED terbuat dari bahan organik yang memancarkan cahaya. Anoda berada di lapisan paling atas terbuat dari jenis Oksida Timah Indium, yang melindungi lapisan organiknya dari aromatic diamine, diikuti dengan lapisan pemancar cahayanya, kemudian sebagai lapisan terakhir yaitu lapisan katoda yang terbuat dari campuran magnesium dan perak.

Sejak mulai terdengar krisis energi, OLED disebut sebagai solusi bagaimana penggunaan energi bisa lebih dihemat. Selain itu cahaya yang dihasilkan lebih terang dan masa pakai yang lebih lama. Mengingat tawaran aplikasi yang menggiurkan ini pada tahun 1997, Perusahaan Elektronik Jepang, Pioneer Tohoku, berusaha untuk memproduksinya. Jika pada saat itu jenisnya baru Mono Color OLED Display, maka pada pameran akhir 2007 lalu, SONY, memamerkan televisi warna pertama berlayar OLED.

Sayangnya televisi ini masih tergolong relatif kecil, yakni hanya sekitar 23 sentimeter. Kelebihannya adalah jika dibandingkan LCD yang memiliki angle view sebesar 10 derajat, maka OLED mampu memberikan angle view sebesar 160 derajat. Tak heran jika pabrik elektronik terkemuka Korea Selatan, SAMSUNG membuntutinya dengan televisi layar lebar. Pada ajang pameran teknologi CeBIT kemarin, mereka menampilkan televisi berlayar OLED ini dengan ukuran hingga 80 sentimeter.

Trend mutakhir penggunaan layar LED ini berlangsung karena menawarkan perangkat yang semakin tipis, bentuk yang fleksibel, monitor yang semakin jernih, dan harga yang semakin murah. Diprediksi pada masa depan, OLED akan bisa mengganti LCD yang saat ini merajai pasaran perangkat elektronika visual, baik itu televisi, monitor komputer hingga ke monitor ponsel. Namun karena barunya teknologi OLED dalam industri, membuat harga televisi OLED ini sangat mahal dan belum bisa dipasarkan secara luas.

“Kami masih ada masalah kecil yang harus dipecahkan. Sifat kedap air dan oksidasi pada polimer yang lentur belum mencukupi, untuk menjamin masa pakai yang panjang. Memang prototipenya sudah ada, tapi belum ada produknya,“ ujar Klaus Meerholz, Pakar fisika dari Universitas Koln di Jerman.

Penelitian layar diode sendiri dari elemen organik OLED mulai digiatkan pada tahun 1987 oleh perusahaan Kodak dari AS. Namun baru tahun 1990 pemanfaatan LED organik benar-benar diteliti secara serius.

Dilihat dari sejarahnya disebut diode organik karena lapisan yang digunakan merupakan ikatan organik, yang sesuai definisi ilmu kimia, adalah senyawa yang memiliki ikatan dengan unsur Karbon. Lapisan yang digunakan adalah polimer yakni rantai panjang unsur organik, yang dalam bahasa dagang disebut plastik. Namun OLED adalah plastik khusus yang bersifat semi-konduktor. Artinya jika dialiri arus listrik, plastik memancarkan cahaya.

Setelah cukup lama uji coba plastik khusus ini dilakukan sepenuhnya di laboratorium, akhirnya sejumlah pabrik elektronika menyatakan teknologinya sudah cukup matang. Di masa depan, layar monitor dari plastik yang memiliki kejernihan tinggi, fleksibel hingga dapat digulung dan berharga relatif murah akan menjadi tren di pasaran elektronika. Artinya dibanding teknologi diode konvensional OLED menawarkan banyak keunggulan.

Klaus Meerholz yang meneliti diode organik ini mengungkapkan berbagai keunggulannya antara lain OLED terutama lebih tipis serta lebih hemat energi dibanding display kristal cair-LCD karena hanya menggunakan energi 1/3-nya. Selain itu OLED juga memancarkan cahaya sendiri dan benar-benar hanya memancarkan cahaya yang dibangkitkannya.

Display Lentur dan Dapat Digulung

Teknologi dasar OLED tidak berubah sejak penelitian awal tahun 1987. Yaitu berupa lapisan unsur organik tipis beberapa nanometer yang memancarkan cahaya, yang disaputkan pada elektroda transparan berupa plastik khusus. Setelah itu di atasnya kembali dipasang lapisan elektroda kedua. Jika sandwich elektroda yang di tengahnya terdapat lapisan tipis elektro-luminesens itu dialiri listrik, maka elektroda dari plastik khusus akan bercahaya. Jika aliran listrik diputus, cahaya akan kembali padam. Dikatakan bahwa teknologi OLED boleh disebutkan meniru alam, yakni dari kunang-kunang.

OLED sendiri menurut teorinya adalah salah satu jenis bahan elektroluminesens. Elektroluminesens (electroluminescence) adalah suatu fenomena optis dan listrik di mana sebuah bahan memancarkan cahaya sebagai respons terhadap arus listrik yang dialirkan pada bahan tersebut, atau sebagai respons terhadap suatu medan listrik yang kuat. Pemancaran cahaya pada elektroluminesens berbeda dengan pancaran cahaya akibat dari pemanasan (seperti pada lampu pijar cahaya berasal dari pijaran kawat filamen) ataupun akibat dari reaksi kimia (chemiluminescens).

Prinsip dari peranti elektroluminesens adalah peranti yang dapat memancarkan cahaya dengan warna (panjang gelombang) tertentu jika diberikan kepadanya medan listrik. OLED merupakan salah satu peranti yang bekerja (memancarkan cahaya) berdasarkan prinsip ini. Bagian yang penting dalam struktur OLED yaitu lapisan tipis (thin film) yang tersusun dari molekul-molekul organik atau polimer yang berfungsi sebagai pemancar cahaya dan lapisan elektroda yang tersusun secara berumpak (sandwich).

Keunggulan dari OLED adalah pada ketipisan dan kefleksibelan bahan. Tak heran jika produk ini menjadi andalan dan prototipe produk-produk display yang dapat digulung. Selain itu dengan kemasan bahan-bahan tertentu layar juga bisa dipastikan lebih fleksibel dan tahan banting.

Kini para peneliti diode organik OLED masih terus mengembangkan potensi unggulan yang tersimpan. Pakar fisika dari Universitas Koln di Jerman, Klaus Meerholz mengatakan salah satunya adalah kemampuan unsur semi konduktor organik untuk menerima, menyimpan dan meneruskan informasi. Meerholz menjelaskan telah berhasil menemukan cara memanfaatkan OLED sebagai perangkat penyimpan informasi. LED organik itu direkayasa agar memiliki fungsi ganda bahkan multi fungsi. Yakni menerima, menyimpan, dan memanggil kembali informasi. Tiga fungsi sekaligus dalam sebuah suku cadang, hingga kini belum ada. ”Kami tengah mencobanya dan ini akan butuh waktu lama,” ujarnya. (JURNAL NASIONAL, 24 April 2008/ humasristek)

1 komentar:

  1. menurut saya pengembangan teknologi yang memungkinkan suatu layar monitor untuk bisa digulung ini merupakan sesuatu yang sangat menarik. apalagi jika hal ini dikembangkan juga tidak hanya pada monitor televisi tetapi juga menjadi laptop yang bisa digulung. bisa dibayangkan suatu saat nanti kita tidak akan keropotan untuk membawa laptop kita karena laptop tersebut bisa digulung dan lebih praktis membawanya. suatu inofasi teknologi yang keren.

    BalasHapus

Isi Komentar Anda Ya !

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Elf Coupons