Rabu, 30 Juli 2008

Kembaran Bumi di Alpha Centauri

Planet mirip Bumi eksis disekitar rangkaian bintang Alpha Centauri. Kehidupan di bintang lain makin dekat dengan kita.

Sebuah planet dengan dua matahari. Itulah gambaran untuk planet yang mengorbit sistem bintang Alpha Centauri. Planet itu mengorbit Alpha Centauri B. Ketika “matahari utama” itu tenggelam, ia didampingi “matahari sekunder” Alpha Centauri A, dengan cahaya lebih lemah. Sebab dia berjarak rata-rata 23 kali bumi-matahari.

Setelah dua “matahari kembar” tenggelam, muncullah bintang terang nan redup, Proxima Centauri. Meskipun lebih redup dari dua matahari tadi, diyakini cahayanya ratusan kali lebih kuat daripada cahaya bulan purnama. Proxima berjarak 0,21 tahun cahaya dari Alpha Centauri B atau 13.000 kali jarak antara bumi dan matahari.

Sistem bintang Alpha Centauri merupakan sistem tiga bintang. Terdiri dari dua bintang kembar Alpha Centauri A dan B, serta Proxima Centauri. Alpha Centauri A adalah bintang kerdil kuning tipe spektral G2, persis sama dengan matahari. Alpha Centauri B merupakan bintang oranye dengan tipe spektral K1. Alpha Centauri B juga mirip matahari.

Proxima Centauri merupakan bintang kerdil merah dengan tipe spektra M15,lebih redup, dingin, dan lebih kecil daripada matahari. Proxima Centauri adalah bintang terdekat dengan matahari.

Planet itu memiliki dua matahari karena mengorbit salah satu “matahari” pada sistem bintang ganda. Planet yang mengorbit Alpha Centaruri B inilah yang diyakini mirip bumi dan memiliki kehidupan di permukaannya. Itulah hasil simulasi komputer yang dikembangkan Javiera Guedes, mahasiswa Pascasarjana Universitas California di Santa Cruz, Amerika Serikat.

Simulasi itu meniru evolusi pembentukan bintang Alpha Centauri B pada saat masih berusia 200 juta tahun. Pemodelan ini diulangi beberapa kali. Setiap pengulangan dilakukan dengan kondisi bervariasi, untuk simulasi dengan formasi planet yang berbeda-beda.

Hasilnya cukup mengejutkan, karena dari setiap model sistem surya yang diciptakan, paling sedikit tercipta satu planet seukuran bumi. Dengan temuan itu disimpulkan, planet yang bisa dihuni mungkin sebenarnya tak jauh dari tata surya.

Keduanya berjarak 4,3 tahun cahaya, setara dengan 25,8 trilyun mil. “Jika planet itu benar-benar ada, kita dapat mengamatinya,” kata Guedes, yang melaporkan hasil penelitiannya pada Astrophysical Journal, awal Maret lalu. Planet yang terbentuk masuk dalam kategori habitable zone, yaitu daerah yang dapat dihuni karena air dalam bentuk cair dapat eksis.

Jika planet terlalu jauh dari bintang induk, dia akan membeku. Jika terlalu dekat, akan terbakar. Sedangkan pada daerah yang hangat (habitable zone), kehidupan akan tercipta. Menurut Profesor Gregory Laughin, pembimbing Guedes, beberapa faktor membuat Alpha Centauri B mendukung pembentukan planet hidup.

Alpha Centauri B mengandung unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium. Sehingga kemungkinan terbentuk planet cadas yang padat sangat besar. Sebagai pembanding, matahari mayoritas terdiri dari hidrogen dan helium serta materi berat yang hanya 2%. Tapi dia sanggup menghadirkan planet cadas, seperti Merkurius, Venus, bumi, dan Mars.

Nah, demikian pula pada Alpha Centauri B, besar kemungkinan menghadirkan planet cadas serupa bumi. Posisi planet pada habitable zone memungkinkan menghadirkan samudra, danau, dan sungai-sungai. Syarat yang cukup untuk mendukung kehidupan.

Dalam sistem matahari, habitable zone berada pada jarak 150 juta kilometer. Bumi beredar pada garis orbit sekitar itu. Sehingga kehidupan pun berkembang di permukaannya, karena tersedia air dalam bentuk cair.

Persoalannya, apakah planet yang mengorbit bintang ganda tersebut memungkinkan menghadirkan kehidupan? Kedua bintang mengorbit pusat masa setiap 80 tahun. Jarak terdekat Alpha Centauri A dan B adalah 11 kali jarak bumi-matahari, dan terjauh 35. Karena habitable zone berada pada jarak satu kali jarak bumi-matahari, kemungkinan planet hidup tidak terpengaruh oleh sistem bintang ganda itu.

Para astronom berharap bisa menemukan planet yang hidup di Alpha Centauri B itu. Debra Fischer dari Universitas San Francisco memimpin program untuk memonitor Alpha Centauri A dan B secara intensif. Mereka menggunakan teleskop 1,5 meter di Observatorium Cerro Tololo Inter-American di Cile. “Saya berpikir, ada planet di sana dan patut dicoba untuk melihatnya,” kata Gregory Laughin.

Laughin memperkirakan, pengamatan menggunakan teleskop secara terus-menerus selama lima tahun cukup untuk memastikan ada-tidaknya planet seperti itu di Alpha Centauri B.

Karena kecemerlangan Alpha Centauri B dan posisinya di langit, astronom paling mungkin menggunakan metode Efek Doppler. Untuk mengetahui adanya planet pada sebuah bintang, para astronom mengamati goyangan bintang akibat gravitasi. Gerak radial planet seputar bintang menyebabkan bintang induk bergoyang karena saling mengorbit sebuah pusat massa.

Limbungnya bintang itu terjadi karena dia mengorbit pusat massa pada lintasan yang kecil. Bobot bintang yang besar dibandingkan dengan planet, maka pusat massanya superdekat dengan bintang. Karena itu, orbit bintang di pusat massa itu hanya tampak sebagai goyangan.

Goyangan itu menimbulkan Efek Doppler. Jika bintang bergoyang mendekati pengamat, cahaya yang diterima akan lebih kuat. Sebaliknya, bila menjauhi pengamat, cahaya itu melemah. Namun beda frekuensi cahaya itu cukup kecil, sehingga diperlukan ketelitian untuk mengamatinya.

Hingga Februari 2008, sebanyak 262 planet luar surya telah ditemukan--257 mengorbiti bintang normal (63 berbagai sistem multiplanet dan 194 di sistem planet tunggal), empat mengorbit pulsar, satu mengorbit bintang kerdil putih, dan satu mengorbit bintang kerdil cokelat. Kebanyakan ditemukan lewat metode kecepatan radial atau metode Doppler, 255 planet. (GATRA, 26 Maret 2008/ humasristek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Komentar Anda Ya !

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Elf Coupons